Pages

Tampilkan postingan dengan label TULISAN. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TULISAN. Tampilkan semua postingan

Rabu, 17 April 2013

Iklan Yang Mulai Menjengkelkan


Tahun 2006 silam, saya mengenal Internet sebagai suatu hal yang luar biasa, sesuatu yang mungkin dengan kehadirannya akan menjadi jendela baru bagi para pecinta ilmu pengetahuan. Dimana di sana tidak akan lagi ditemukan rahasia, di sana akan ditemukan berbagai macam hal dari berbagai ragam ilmu pengetahuan, dari Ilmu yang memang berdampak baik samapai dengan informasi yang berdampak positif sampai yang berdampak negatif.
Sekarang, tahun 2013 ternyata sudah terlihat dengan jelas dan gamblang apa yang dulu menjadi angan-angan para pecinta akan sesuatu hal yang baru. Dimana sekarang sudah tidak ada lagi rahasia, tidak ada lagi kelangkaan informasi dan sudah tidak ada lagi kekurangan pengetahuan. Semuanya tersedia bagi siapa yang mau menggerakkan mouse, keypad atau menyentuh screen. Dunia seakan sudah berada dalam genggaman.
Dengan keadaan yang seperti ini, tentu banyak manfaat yang bisa didapat dari Globalisasi Ilmu Pengetahuan ini, diantara manfaat yang akhir akhir ini mulai sangat sering terlihat jelas adalah dengan kemudahan pemasangan Iklan di sana sini, mulai dari iklan untuk kalangan anak anak sampai kalangan dewasa.
Sponsor-sponsor atau Iklan yang ada saat ini sudah mulai merajalela dan membanjiri semua situs, kecuali situs situs resmi milik pemerintah. Iklan akan ditemukan di semua situs, baik situs berbau ilmu pengetahuan sampai yang berbau keagamaan. Iklan seperti sudah menjadi lahan tersendiri bagi para pencari penghidupan baru. Iklan seakan
Memang tidak bisa disalahkan jika penyedia Iklan (Publisher) memasang Iklan dari para pelanggan yang menawarkan, akan tetapi apa salahnya jika difilter disesuaikan dengan para pembacanya. Misalakan di Facebook, saya kerap kali menemukan Iklan yang sepertinya hanyalah sebuah “trik” untuk menarik para readers untuk mengklik iklan tersebut, padahal ketika dikunjungi bukanlah apa yang kita inginkan. padahal Facebook adalah jejaring yang notebene sebagai Jejaring Sosial terlaris di dunia.
Sebenarnya banyak yang lebih parah daripada yang ada di Facebook. akan tetapi sebagaimana diketahui, Facebook merupakan portal pertama yang dikunjungi oleh para pengguna internet saat ini, jadi menurut hemat saya. alangkah baiknya jika diadakan filter, iklan apa saja yang layak masuk ke situs situs yang dipakai oleh banyak orang dengan memperhatikan usia para readers.

Maqashid Syar’iyah (Metodologi Penetapan Hukum Islam yang digadang-gadang Masa Kini)

Islam bukanlah sekedar agama, bukan sekedar aturan-aturan tentang cara peribadatan, Islam adalah salah satu model pendekatan baru yang diharapkan mampu membawa manusia kepada suatu kemajuan yang mengedepankan Moral dan Spiritual tanpa meninggalkan Ilmu Pengetahuan, hal ini sesuai dengan tujuan pertama Islam diturunkan ke muka Bumi “Rahmatan li al-’Alamin” Tadi Siang, saya mendapatkan mata kuliah “Maqashid Syari’ah” dalam asuhan Dr. Arwani Syaerozi di Ma’had Aly al-Hikam al-Salafiyah Babakan Ciwaringin Cirebon, membahas makalah oleh teman Saya M. Reza Dzulkifli Syakir (Sukabumi) dan M. Ihyak (Gunung Kidul) dengan judul Makalah “Sejarah Maqashid Syari’ah”. Istilah Maqashid Syar’iyah -ada yang menyebutnya dengan Maqashid Syari’ah- adalah istilah yang spirit dan embrionya sudah ada sejak Masa Nabi Muhammad SAW, Tabi’in, dan Aimmah Fiqh kemudian baru dikaji secara mendalam oleh Imam Al-Syathibi dalam Muwafaqatnya, beliau juga dianggap sebagai Bapak Maqashid, walaupun dalam kajiannya beliau dianggap tidak bisa menjadikan Maqashid sebagai suatu metode penetapan hukum tersendiri oleh Ibnu Asyur. Baru pada abad ke 14, Maqashid Syari’ah mempunyai posisi tersendiri, sehingga bisa dimungkinkan untuk dijadikan sebagai suatu pendekatan tersendiri dalam penetapan Hukum Islam, hal ini dipelopori oleh Ibnu ‘Asyur dengan bukunya Maqashid al-Syari’ah al-Islamiyyah. Di dalam buku ini Ibnu ‘Asyur memilih untuk mengembangkan apa yang telah dibangun oleh al-Syathibi dalam Muwafaqatnya, Ibnu ‘Asyur melengkapi apa yang telah dimulai oleh al-Syathibi dengan membagi buku ini ke dalam tiga pembahasan, pertama, beliau memulai dengan memberikan pengukuhan dan penetapan Maqashid dalam Urgensinya, metodenya, hirarkinya dan bahaya meninggalkannya, kemudian beliau menyusulnya dengan menjelaskan tentang Maksud Syari’ah secara global, kemudian yang terakhir beliau melengkapi bukunya dengan menjelaskan Maqashid Syari’ah (Maksud Syari’at) dalam masalah Mua’amalah secara khusus. sedangkan untuk masalah Ibadah beliau menyajikannya dalam bukunya yang lain “Ushul an-Nidzam al-Ijtima’i fi al-Islam”.

Kamis, 08 Maret 2012

مفعول مطلق Maf’ul Muthlaq


Maf’ul Muthlaq adalah Mashdar fadhlah (pelengkap) yang dibaca Nashab berfungsi untuk:
1.      Menguatkan Amilnya, contoh  : كلم الله موسى تكليما
2.      Menjelaskan jenis Amilnya : ضربتك ضربة عليٍّ
3.      Menjelaskan bilangan Amilnya : ضربتكَ ضربتين
Maf’ul Muthlaq dibagi menjadi 2, yaitu:
1.      Lafdzi, yaitu: antara Fi’il dan Mashdarnya lafadznya sama, contoh : قمتُ قِياماً
2.      Ma’nawi, yaitu: antara Fi’il dan Mashdarnya Cuma sama maknanya, contoh : نمتُ رقوداً

مفعول به MAF’UL BIH


Maf’ul Bih adalah Isim yang dibaca Nashab yang menjadi sasaran (obyek) dari fi’il atau Isim yang beramal seperti Fi’il.
-          Contoh Maf’ul Bih dari Fi’il : سمعت الأذانَ
-          Contoh Maf’ul Bih dari Isim yang beramal seperti Fi’il : أنا طالع جبلاً
Maf’ul Bih dibagi menjadi 2, yaitu:
1.     Dlahir, contoh : قرأت القرأن
2.      Dlamir, dibagi menjadi 2
a.      Muttashil, contoh : القرأن قرأته
b.      Munfashil, contoh : إياك نعبد
Ket:
-          Semua Dlomir Muttashil (ه، هما، هم، هي، هما، هن، كَ، كما، كم، كِ، كما، كم، كن، ي، نا) yang jatuh setelah Fi’il menjadi Maf’ul Bih
-          Jika ingin membuat Maf’ul bih dari Fi’il, maka cukup ditambahkan أنْ atau مَا mashdariyah,
contoh : أريد أن أسافر

Nyesel


Seperti biasa
Aku hanya ditemani suara tanpa rupa
Seperti biasa
Aku hanya duduk di depan komputer yang tak bernyawa
Entah berapa lama
Malamku kuhabiskan seperti ini
Entah berapa lama
aku akan terus menangis dalam kesedihan ini
Kesedihan yang sepertinya
akan terus muncul di setiap harinya
Bukan karena ditinggal kekasih
Bukan pula karena ditolak sang dikasih
Kesedihan akibat rasa sesal yang kuarasa
Penyesalan akibat kelakuanku yang tidak tentu
Penyasalan akibat moralitasku yang buntu
Penyesalan akibat hatiku yang seperti telah beku
Namun aku tahu penyesalan hanyalah semu
Penyesalan tak ada guna tanpa laku
Laku yang mampu merubah masa depanku
Dengan mengambil pelajaran dari kesalahan-kesalahanku
Mengambil pelajaran dari kealpaan-kealpaanku
Aku malu
Sungguh aku malu pada Rabb-ku
Namun tak tahu kemana akan kutaruh mukaku
Karena Dia adalah Dzat yang Maha Tahu
Namun aku juga tahu
Dia adalah Sang Pemberi Ampun
Maka anugerahkanlah kepada hamba-Mu
Hamba-Mu yang tak tahu malu
Ampunan-Mu yang tak pandang bulu
kecuali kepada penyekutu-MU....

Selasa, 31 Januari 2012

BADAL ( بدل )


BADAL
Badal Adalah Lafadz yang mengikuti I’rob dari Lafadz sebelumnya tanpa huruf Athaf.
Badal dibagi menjadi 4, yaitu:
1.      Kull Min Kull, yaitu: antara Badal dan Mubdal Minhunya sama atau satu arti
Contoh : جَاءَ أخُوكَ مُحَمَّدٌ
2.      Ba’dh Min Kull, yaitu: Badal yang terdiri dari sebagian dari Mubdal Minhunya.
Contoh : أَكَلتُ المَوزَ ثُلُثَهُ
3.      Isytimal, yaitu: Badal yang mengandung hubungan erat dengan Mubdal Minhunya dan bukan Kulliyah atau Juz’iyah.
Contoh : أعجَبَنِى مُحَمَّدٌ عِلْمُهُ
4.      Mubayin, dibagi menjadi 3, yaitu:
a.      Ghalath, yaitu karena kesalahan, sehingga yang dimaksud dari Mutakallim adalah Badalnya.
Contoh : رَأيتُ زَيْدً الفَرَسَ
b.      Nisyan, yaitu karena Lupa, sehingga yang dimaksud dari Mutakallim adalah Badalnya.
Contoh : سَافَرَ مُحَمَّدٌ إِلَى مِصْرَ مَكَّةَ
c.       Idhrob, yaitu karena ralat atau perpindahan dari Mubdal Minhu ke Badalnya. (perbedaannya dengan Ghalat dan Nisyan adalah : jika Idhrab, maka Mubdal Minhu dan Badalnya disengaja)
Contoh : خُذْ القَلَمَ الوَرَقَةَ

Ket :
-          Badal ini harus mengandung dlomir yang kembali kepada Mubdal Minhunya, baik didlohirkan atau ditakdirkan.
-          Badal Boleh terdiri dari Fi’il, dengan syarat Mubdal Minhunya juga berasal dari Fi’il
Contoh : وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا يُضَاعَفْ لَهُ العَذَابُ

Kamis, 26 Januari 2012

Taukid ( توكيد )


TAUKID
Taukid dibagi menjadi 2, yaitu :
1.      Lafdzi
Taukid Lafdzi adalah Taukid dengan mengulang Lafadz atau sinonim lafadz sebelumnya, Taukid Lafdzi dibagi menjadi:
a.      Isim, dibagi menjadi 2:
a)      Dzohir, contoh : جاء علي علي
b)      Dlomir, contoh : قرأت أنت القرأن
b.      Fi’il, contoh : تعلَم تعلَم محمد القرأن
c.       Huruf, contoh : نعم نعم أنا تلميذ
Jika menggunakan Taukid Lafdzi yang bukan berupa huruf jawab (بلى، جير، اى والله، جلل، أجل، نعم) maka harus diulang dengan sambungannya, seperti contoh: فى الفصل فى الفصل أستاذ
d.      Jumlah Ismiyah : محمد كريم محمد كريم
e.      Jumlah Fi’liyah : قرأت القرأن قرأت القرأن
2.      Ma’nawi
Taukid Ma’nawi adalah Taukid dengan menggunakan Lafadz نفس, عين, جميع, كل, عامة, كلتا,  أجمع, dan  جمعاء.
a.      Jika Taukid menggunakan نفس, عين, جميع, كل, عامة dan كلتا, maka harus diidlofahkan pada dlomir yang sesuai dengan muakkadnya. Contoh : صلى المسلم عينه فى المسجد
b.      Adapun Taukid dengan menggunakan أجمع dan جمعاء, maka harus jatuh setelah كل dan tanpa diidlofahkan pada Muakkadnya. Contoh : جاء المؤمنون كلهم أجمعون
Faidah dari Taukid Ma’nawi adalah :
a.      Taukid dengan نفس dan عين berfaedah untuk menghilangkan arti majaz atau kealpaan dalam kalimat
b.      Taukid dengan كل, جميع, عامة, أجمع, جمعاء dan cabang-cabangnya berfungsi untuk mencakup keseluruhan
c.       Taukid dengan كلا dan كلتا berfaedah untuk menguatkan Isim Tasniyah secara bersama.

Fi'il ( فعل )


Kalimah Fi’il dibagi menjadi 3, yaitu:
1.       Fi’il Madli: Kata kerja yang menunjukkan arti Lampau (telah lalu)
Fi’il Madli hukumnya Mabni (tetap, tidak bisa menerima tanda I’rob)
Kemabniannya dibagi menjadi:
1.       Fathah
Jika tidak kemasukan Dlomir Rafa’ Mutaharrik dan Wawu Jamak, contoh:
ضَرَبَ– ضَرَبَا – ضَرَبَتْ– ضَرَبَتَا
2.       Sukun
Jika bertemu dengan Dlomir Rafa’ Mutaharrik (نَ، تَ، تُمَا، تُمْ، تِ، تُنَّ، تُ، نَا) dan tidak bertemu dengan wawu Jama’ (وا) Contoh :
َرَبْنَ– ضَرَبْتَ– ضَرَبْتُمَا – ضَرَبْتُمْ– ضَرَبْتِ – ضَرَبْتُمَا – ضَرَبْتُنَّ– ضَرَبْتُ – ضَرَبْنَا)
3.       Dlommah
Jika bertemu dengan Wawu Jamak (وا), contoh :
ضَرَبُوْا
2.       Fi’il Mudlari’ : Kata kerja yang menunjukkan makna sedang atau akan berlangsung.
Semua Fi’il Mudlari’ hukumnya Mu’rob (bisa berubah harokat akhirnya) kecuali jika bertemu dengan Nun Taukid (يَكْتُبَنَّ، يَكْتُبَنْ) atau dengan Nun Niswah (يَكْتُبْنَ). Dan I’robnya :
1.       Rafa’ : Jika tidak didahului oleh Jawazim atau Nawashib. Contoh :
-         فعل المضارع صحيح الأخر Ü الضمة Ü يَكْتُبُ
-         فعل المضارع مُعْتَلُّ الواو Ü الفتحة المقدرة Ü يَغْزُوْ
-         فعل المضارع معتل الياء Ü الفتحة المقدرة Ü يَمْشِى
-         فعل المضارع معتل الألف Ü الفتحة المقدرة Ü يَخْشَى
-         الأفعال الخمسة Ü ثبوت النون Ü يَكْتُبُوْنَ
2.       Nashab : Jika didahului oleh Nawashib, yaitu:
أنْ، لن، إذن، كي، لام كي، لام الجحود، حتى، الجواب بالفاء، الواو، أو
Contoh :
-         فعل المضارع صحيح الأخر Ü الفتحة Ü أَنْ يَكْتُبُ
-         فعل المضارع مُعْتَلُّ الواو Ü الفتحة المقدرة Ü أنْ يَغْزُوَ
-         فعل المضارع معتل الياء Ü الفتحة الظاهرة Ü أَنْ يَمْشِيَ
-         فعل المضارع معتل الألف Ü الفتحة المقدرة Ü أنْ يَخْشَى
-         الأفعال الخمسة Ü حذف النون Ü أَنْ يكْتُبُوْا
3.       Jazem : jika didahului oleh Jawazim, yaitu:
لم، ولما، ألمْ، ألمَّا، لام الأمر والدعاء،( لا ) في النهي والدعاء، إن، ما، مهما، إذ، إذما، أي، متى، أين، أيان، أنَّى، وحيثما، كيفما، إذاً.
Contoh :
-         فعل المضارع صحيح الأخر Ü السكون Ü لمْ يَكْتُبْ
-         فعل المضارع مُعْتَلُّ الواو Ü حذف حرف علة Ü لمْ يَغْزُ
-         فعل المضارع معتل الياء Ü حذف حرف علة  Üلمْ  يَمْشِ
-         فعل المضارع معتل الألف Ü حذف حرف علة  Üلمْ يَخْشَ
-         الأفعال الخمسة Ü حذف النون Ü لَمْ يكْتُبُوْا
4.       Amar : Kata yang menunjukkan arti perintah.
Fi’il Amar hukumnya Mabni, yaitu :
1.       Sukun, contoh :اكْتُبْ، اكْتُبْنَ
2.       Membuang Huruf Illat, contoh : ارْمِ
3.       Membuang Nun, contoh : اكْتُبُوْا

Na'at ( نعت )


Na’at
Na’at adalah Isim yang menjelaskan makna kata sebelumnya. Na’at dibagi menjadi 2 :
1.      Haqiqi (Merafa’kan Dlomir Mustatir yang kembali kepada man’ut)
Adalah Na’at yang mengikuti Man’utnya dalam 4 hal :
a.      Rafa’, Nashab, Jernya
b.      Mufrod Mustanna Jamaknya
c.       Mudzakkar Mu’annastnya
d.      Ma’rifat Nakirohnya
Contoh :
حَضَرَ تِلْمِيْذٌ مُجْتَهِدٌ
مُجْتَهِدٌ : Rafa’  karena  تِلْمِيْذٌ  Rafa’
مُجْتَهِدٌ : Mufrod karena تِلْمِيْذٌ Mufrod
مُجْتَهِدٌ : Mudzakkar karena تِلْمِيْذٌ Mudzakkar
مُجْتَهِدٌ : Nakiroh karena  تِلْمِيْذٌ Nakiroh

2.      Sababi (Merafa’kan Isim Dlohir yang mengandung dlomir yang kembali kepada man’ut)
1.      Mengikuti Man’utnya dalam dua hal :
a.      Rafa’, Nashab, Jernya
b.      Ma’rifat Nakirohnya
2.      Mengikuti isim yang jatuh sesudahnya dalam satu hal : Mudzakkar dan Muannasnya
3.      Na’at harus tetap Mufrod walaupun Man’utnya Mutsanna atau jamak.
4.      Isim yang jatuh sesudah Na’at wajib Rafa’
Contoh :
تَعَلَّمَ  التَّلامِيْذُ الْمَاهِرُ أبآئُهُمْ
الْمَاهِرُ : Rafa’ karena التَّلامِيْذُ Rafa’
الْمَاهِرُ : Ma’rifat karena التَّلامِيْذُ Ma’rifat
الْمَاهِرُ : Mudzakkar karena أبآئُهُمْ Mudzakkar
الْمَاهِرُ : Tetap Mufrod

Athaf ( عطف )


ATHAF
Athaf dibagi menjadi dua:
1.       Athaf Bayan : Tabi’ yang terdiri dari Isim Jamid yang menyerupai Na’at. Jika berupa Ma’rifat berfungsi menjelaskan dan jika berupa Nakiroh, berfungsi mengkhususkan.
Contoh :
تولىَّ أبو حفصٍ عمرُ الخلافة
أهدى لى أستاذى إزاراً قطناً
2.       Athaf Nasaq  : Tabi’ yang antara Tabi’ dan Matbu’nya dipisah dengan salah satu huruf Athaf.
Contoh :
جاء أمى وأبى
أمى   : Ma’thuf ‘Alaih (Matbu’)
و      : Hurf Athaf
أبى    : Ma’thuf (Tabi’)
Hurf Athaf adalah الواو، ثم، الفاء، حتى، أم، أو.
1.       الواو : dan, berfungsi :
a.       Muthlaqul Jam’i (menyamakan hukum), contoh : فأنجيناه وأصحاب السفينة
b.      Tartib (berurutan), contoh : فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ
2.       ثم : kemudian, berfungsi :
-          Tartib binfishal (berurutan tidak langsung), contoh : فَأَحْيَاكُمْ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ
3.       الفاء : kemudian, berfungsi :
-          Tartib bittishal (berurutan langsung), contoh : دخل الطلاب الفصل فالأستاذ
4.       حتى : Sehingga, sampai, contoh : أخطئ الطالب حتى الأستاذ
5.       أم : atau, harus jatuh setelah hamzah Istifham, contoh : أزيد أم عمر
6.       أو : atau, berfungsi :
a.       Pilihan, contoh : فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَسَاكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ أَوْ كِسْوَتُهُمْ
b.      Boleh, contoh : وَلَا عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَنْ تَأْكُلُوا مِنْ بُيُوتِكُمْ أَوْ بُيُوتِ آبَائِكُمْ أَوْ بُيُوتِ أُمَّهَاتِكُمْ
c.       Syak, contoh : قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ

Minggu, 11 Desember 2011

Kaidah KE tiga


Kaidah KE tiga
وكل واو وياء متحركين يكون ما قبلهما حرفا صحيحا ساكنا نقلت حركتهما إلى الحرف الصحيح الساكن، نحو: يَصُوْنُ ويَبِيْعُ أصلهما يَصْوُنُ ويَبْيِعُ.
“Jika ada Wawu atau Ya’ hidup dan sebelumnya berupa huruf shohih yang mati, maka harokat Wawu atau Ya’ tersebut dipindah ke huruf Shohih yang mati tersebut”
Contoh I’lal:
يَصُوْنُ أصله يَصْوُنُ، على وزن يَفْعُلُ، نُقِلَتْ حركة الواو إلى ما قبلها لتحركها بعد حرف صحيح ساكن فصار يَصُوْنُ.
يَصُوْنُ asalanya يَصْوُنُ mengikuti wazan يَفْعُلُ , karena wawu hidup dan sebelumnya berupa huruf shohi mati, maka harokat wawu dipindah ke huruf shohih yang mati tersebut, maka menjadi يَصُوْنُ.
Soal :
1.   يقوم
2.   ينام
3.   يقول
4.   يصوم
5.   يميل