Jika berasal dari Tsulatsi, maka Mudlo’af adalah : Jika ‘Ain
dan Lam Fi’ilnya berasal dari Huruf
yang sejenis, seperti : مَدَّ
yang sejenis, seperti : مَدَّ
Adapun jika berasal dari Ruba’i, maka Mudlo’af adalah : Jika
Fa’ dan Lam Fi’il yang pertama berasal dari huruf yang sejenis serta ‘Ain dan
Lam Fi’il yang ke dua berasal dari huruf yang sejenis, seperti : طَأْطَأَ
Kaidah Pertama
"إذا
كان عين فعله ساكنة، ولامه متحركة، أو كلتاهما متحركتين فالإدغام لازم، نحو : مَدَّ
يَمُدُّ مَدًّا"
“Jika Ain Fi’il dan
lam Fi’il berasal dari huruf yang sejenis sedang ‘Ain Fi’ilnya mati dan Lam
Fi’ilnya hidup atau keduanya hidup maka wajib diidghomkan”
Contoh I’lal :
مَدَّ أصله مَدَدَ، على وزن فَعَلَ، اسكنت
الدال الأولى لأجل شرط الإدغام، فصار مَدْدَ، فأدغمت الدال الأولى فى الثانية
للمجانسة فصار مَدَّ.
مَدَّ asalnya مَدَدَ mengikuti wazanفَعَلَ, karena ada dua huruf yang sama, maka Dal (د) pertama harus disukun, menjadi مَدْدَ, maka (د) pertama harus diidghomkan ke Dal (د) ke dua karena sejenis,
maka menjadi مَدَّ.
يَمُدُّ أصله يَمْدُدُ، على وزن يَفْعُلُ،
نقلت حركة الدال الأولى إلى ما قبلها لأجل شرط الإدغام، فصار يَمُدْدُ، فأدغمت
الدال الأولى فى الثانية للمجانسة فصار يَمُدُّ.
يَمُدُّ asalnya يَمْدُدُ, mengikuti wazan يَفْعُلُ, karena ada dua huruf yang sejenis, maka
Harokat dal (د) pertama harus dipindah ke huruf yang
sebelumnya, maka menjadi يَمُدْدُ , maka Dal (د) pertama harus
diidghomkan kepada Dal (د) yang ke dua karena sejenis, maka menjadi يَمُدُّ.
مَدًّا أصله مَدْدًا على وزن فَعْلاً،
أدغمت الدال الأولى فى الثانية للمجانسة فصار مَدًّا.
مَدًّا Asalnya مَدْدًا, mengikuti wazan فَعْلاً, karena ada dua huruf yang sejenis, maka Dal (د) pertama harus diidghomkan ke Dal (د) kedua, maka menjadi مَدًّا.
Jika ‘Ain fi’il hidup dan lamnya mati yang Lazim, maka Wajib Idzhar
(tidak Idghom), seperti مَدَدْنَا
Adapun jika keduanya mati, maka huruf yang kedua harus diberi
harokat, baik dengan Fathah karena ringannya Fathah atau dengan Kasroh, sebab
jika Sukun harus diharokati, maka diharokati dengan kasroh, atau dengan Dlommah
jika ‘Ain fi’il Mudlori’nya didlommah. Sehingga harokatnya harus mengikuti
Dlommah, Seperti مُدَّ.
مُدَّ أصله اُمْدُدْ على وزن اُفْعُلْ،
نقلت حركة الدال الأولى إلى ما قبلها، لأجل شرط الإدغام، فصار اُمْدُدْ ثم حركت
الدال الثانية بالفتح لخفته، أو بالكسر لأن الساكن إذا حرك حرك بالكسر، أو بالضم
اتباعا لعين المضارع، فصار اُمُدْدَُِ، ثم ادغمت الدال الأولى فى الثانية للمجانسة
فصار اُمُدَُِّ، ثم حذفت همزة الوصل لعدم الإحتياج إليها فصار مُدَُِّ.
مُدَّ asalnya adalah اُمْدُدْ mengikuti wazan اُفْعُلْ, Karena ada dua huruf yang
sama, maka Harokat Dal (د) yang pertama dipindahkan ke Huruf sebelumnya,
maka menjadi اُمْدُدْ, kemudian Dal (د) kedua diberi harokat Fathah
karena Fathah itu ringan, atau dengan kasroh karena jika ada huruf mati maka
yang layak menjadi harokat adalah kasroh, atau dengan dlommat karena mengikuti
‘Ain fi’il mudlori’nya berharokat Dlommah, maka menjadi اُمُدْدَُِ, kemudian Dal (د)
pertama diidghomkan ke Dal (د) yang kedua karena sejenis, maka menjadi اُمُدَُِّ, kemudian Hamzah Washal
dibuang karena sudah tidak dibutuhkan, maka menjadi مُدَُِّ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar