Pages

Rabu, 17 April 2013

Islam Bagiku


Setiap orang di dunia ini diciptakan mempunyai cara pandang masing-masing, setiap orang punya cara tersendiri untuk memahami sesuatu. Perbedaan ini diantara banyak hal yang menjadikan setiap orang harus mempunyai pendapat dan sensasi yang berbeda pada suatu hal yang sama.
Contoh gampangnya “Buku”, bagi anak SD, buku hanya merupakan sesuatu beban yang harus diselesaikan untuk dipelajari, bagi anak SMA, buku mulai mempunyai daya Tarik tersendiri dengan banyaknya model buku yang ia temui, berbeda lagi bagi anak kuliahan, buku merupakan teman mengisi waktu luang, berbeda lagi jika ditanyakan ke masyarakat umum, buku bias jadi suatu yang menjengkelkan. Ketika saya memberi contoh ini pun masih merupakan salah satu contoh dari perbedaan cara pandang itu sendiri, Karena tiap orang mempunyai cara pandang masing-masing terhadap sesuatu yang ia temui.
Ada banyak hal yang menjadikan orang memiliki cara pandang yang berbeda beda. Di antaranya adalah, seberapa banyak buku bacaan seseorang, seberapa banyak interaksi seseorang dengan lingkungannya, seberapa banyak masalah yang telah dialaminya, seberapa banyak tempat yang telah dikunjunginya dan alasan-alasan lain baik internal maupun eksternal.
Dulu waktu saya MI, Saya beranggapan bahwa Orang baik akan masuk Surga dan Orang Jahat akan masuk Neraka. Hidupku dibayang-bayangi oleh posisi antara surge dan neraka.
Waktu saya MTs, saya beranggapan bahwa jika kita mentaati orang tua dan menghormatinya, kita akan benar-benar menjadi orang yang mulia di dunia dan di akhirat.
Waktu saya MA, karena banyaknya pengetahuan yang masuk silih berganti, menjadikanku beranggapan bahwa Islam adalah Agama yang penuh dengan Ilmu pengetahuan.
Waktu S1, Saya menganggap Islam adalah agama yang sangat berpihak kepada semua kalangan, tidak ada diskriminasi, mungkin karena dosen-dosenku waktu itu adalah para Ilmuan yang sangat menghormati perbedaan.
Sekarang, saya beranggapan bahwa Islam adalah Rahmat, Perdamaian. Dan Islam adalah perdamaian itu sendiri, tidak seorangpun memeluk Islam kecuali dia berada dalam kedamaian, hati, Fikiran, Jiwa, Raga dan lingkungan.
Semoga keislaman kita bukan keislaman klaim, tapi keislaman utuh, penyerahan diri kepadanya dengan usaha semaksimal mungkin mendamaikan jiwa untuk bisa bertemu dengannya dalam segala perbuatan kita.

Iklan Yang Mulai Menjengkelkan


Tahun 2006 silam, saya mengenal Internet sebagai suatu hal yang luar biasa, sesuatu yang mungkin dengan kehadirannya akan menjadi jendela baru bagi para pecinta ilmu pengetahuan. Dimana di sana tidak akan lagi ditemukan rahasia, di sana akan ditemukan berbagai macam hal dari berbagai ragam ilmu pengetahuan, dari Ilmu yang memang berdampak baik samapai dengan informasi yang berdampak positif sampai yang berdampak negatif.
Sekarang, tahun 2013 ternyata sudah terlihat dengan jelas dan gamblang apa yang dulu menjadi angan-angan para pecinta akan sesuatu hal yang baru. Dimana sekarang sudah tidak ada lagi rahasia, tidak ada lagi kelangkaan informasi dan sudah tidak ada lagi kekurangan pengetahuan. Semuanya tersedia bagi siapa yang mau menggerakkan mouse, keypad atau menyentuh screen. Dunia seakan sudah berada dalam genggaman.
Dengan keadaan yang seperti ini, tentu banyak manfaat yang bisa didapat dari Globalisasi Ilmu Pengetahuan ini, diantara manfaat yang akhir akhir ini mulai sangat sering terlihat jelas adalah dengan kemudahan pemasangan Iklan di sana sini, mulai dari iklan untuk kalangan anak anak sampai kalangan dewasa.
Sponsor-sponsor atau Iklan yang ada saat ini sudah mulai merajalela dan membanjiri semua situs, kecuali situs situs resmi milik pemerintah. Iklan akan ditemukan di semua situs, baik situs berbau ilmu pengetahuan sampai yang berbau keagamaan. Iklan seperti sudah menjadi lahan tersendiri bagi para pencari penghidupan baru. Iklan seakan
Memang tidak bisa disalahkan jika penyedia Iklan (Publisher) memasang Iklan dari para pelanggan yang menawarkan, akan tetapi apa salahnya jika difilter disesuaikan dengan para pembacanya. Misalakan di Facebook, saya kerap kali menemukan Iklan yang sepertinya hanyalah sebuah “trik” untuk menarik para readers untuk mengklik iklan tersebut, padahal ketika dikunjungi bukanlah apa yang kita inginkan. padahal Facebook adalah jejaring yang notebene sebagai Jejaring Sosial terlaris di dunia.
Sebenarnya banyak yang lebih parah daripada yang ada di Facebook. akan tetapi sebagaimana diketahui, Facebook merupakan portal pertama yang dikunjungi oleh para pengguna internet saat ini, jadi menurut hemat saya. alangkah baiknya jika diadakan filter, iklan apa saja yang layak masuk ke situs situs yang dipakai oleh banyak orang dengan memperhatikan usia para readers.

Negeri Saba’ dan Sulaiman di Jawa Versi Fahmi Basya


Beberapa minggu yang lalu saya sempat ke Toko Buku di Cirebon, Gunung Agung, saya diperlihatkan buku berjudul Borobudur dan Peninggalan Nabi Sulaiman, saya pun langsung tertarik dengan buku ini, saya berniat membeli, tapi kata teman saya sudah ada di youtube, saya pun mengurungkan niat dan langsung mendownloadnya di Youtube.
Video yang terpecah dalam 12 sesi itu menjelaskan bahwa Bukti Nabi Sulaiman diprediksi dulu berada di Jawa dengan beberapa alasan, diantaranya
1. Adanya Bukti Real di Tempat Ratu Boko yang berada 3 km dari Prambanan Sleman yang mengindikasikan adanya Bangunan yang hilang, di Candi Ratu Boko terdapat bentangan bangunan yang cuma berbentuk dasar, tanpa ada bangunan di atasnya, hal ini sesuai dengan Firman Allah dalam Surat Saba’ tentang pemindahan Istana Ratu Balqis oleh seorang yang mempunyai Ilmu ke dekat Istana Sulaiman
2. Adanya Ukiran yang menggambarkan Burung Hud yang dijelaskan ada di dalam al-Qur’an, ukiran burung itu sedang dalam posisi mengawasi keadaan Ratu Balqis persis seperti yang ada dalam al-Qur’an
3. Adanya Bukti real Sidr Qalil (menurut Fahmi Basya) di Istana Ratu Boko (Ratu Balqis)
4. Nabi yang mempunyai ciri nama jawa hanya Nabi Sulaiman, dan itu sudah menjadi ciri Jawa yang Khas.
5. Wonosobo, Wana artinya berarti Hutan dan Saba’ berarti Pertemuan

Maqashid Syar’iyah (Metodologi Penetapan Hukum Islam yang digadang-gadang Masa Kini)

Islam bukanlah sekedar agama, bukan sekedar aturan-aturan tentang cara peribadatan, Islam adalah salah satu model pendekatan baru yang diharapkan mampu membawa manusia kepada suatu kemajuan yang mengedepankan Moral dan Spiritual tanpa meninggalkan Ilmu Pengetahuan, hal ini sesuai dengan tujuan pertama Islam diturunkan ke muka Bumi “Rahmatan li al-’Alamin” Tadi Siang, saya mendapatkan mata kuliah “Maqashid Syari’ah” dalam asuhan Dr. Arwani Syaerozi di Ma’had Aly al-Hikam al-Salafiyah Babakan Ciwaringin Cirebon, membahas makalah oleh teman Saya M. Reza Dzulkifli Syakir (Sukabumi) dan M. Ihyak (Gunung Kidul) dengan judul Makalah “Sejarah Maqashid Syari’ah”. Istilah Maqashid Syar’iyah -ada yang menyebutnya dengan Maqashid Syari’ah- adalah istilah yang spirit dan embrionya sudah ada sejak Masa Nabi Muhammad SAW, Tabi’in, dan Aimmah Fiqh kemudian baru dikaji secara mendalam oleh Imam Al-Syathibi dalam Muwafaqatnya, beliau juga dianggap sebagai Bapak Maqashid, walaupun dalam kajiannya beliau dianggap tidak bisa menjadikan Maqashid sebagai suatu metode penetapan hukum tersendiri oleh Ibnu Asyur. Baru pada abad ke 14, Maqashid Syari’ah mempunyai posisi tersendiri, sehingga bisa dimungkinkan untuk dijadikan sebagai suatu pendekatan tersendiri dalam penetapan Hukum Islam, hal ini dipelopori oleh Ibnu ‘Asyur dengan bukunya Maqashid al-Syari’ah al-Islamiyyah. Di dalam buku ini Ibnu ‘Asyur memilih untuk mengembangkan apa yang telah dibangun oleh al-Syathibi dalam Muwafaqatnya, Ibnu ‘Asyur melengkapi apa yang telah dimulai oleh al-Syathibi dengan membagi buku ini ke dalam tiga pembahasan, pertama, beliau memulai dengan memberikan pengukuhan dan penetapan Maqashid dalam Urgensinya, metodenya, hirarkinya dan bahaya meninggalkannya, kemudian beliau menyusulnya dengan menjelaskan tentang Maksud Syari’ah secara global, kemudian yang terakhir beliau melengkapi bukunya dengan menjelaskan Maqashid Syari’ah (Maksud Syari’at) dalam masalah Mua’amalah secara khusus. sedangkan untuk masalah Ibadah beliau menyajikannya dalam bukunya yang lain “Ushul an-Nidzam al-Ijtima’i fi al-Islam”.

Minggu, 14 April 2013

Islam Bagiku


Setiap orang di dunia ini diciptakan mempunyai cara pandang masing-masing, setiap orang punya cara tersendiri untuk memahami sesuatu. Perbedaan ini diantara banyak hal yang menjadikan setiap orang harus mempunyai pendapat dan sensasi yang berbeda pada suatu hal yang sama.
Contoh gampangnya “Buku”, bagi anak SD, buku hanya merupakan sesuatu beban yang harus diselesaikan untuk dipelajari, bagi anak SMA, buku mulai mempunyai daya Tarik tersendiri dengan banyaknya model buku yang ia temui, berbeda lagi bagi anak kuliahan, buku merupakan teman mengisi waktu luang, berbeda lagi jika ditanyakan ke masyarakat umum, buku bias jadi suatu yang menjengkelkan. Ketika saya memberi contoh ini pun masih merupakan salah satu contoh dari perbedaan cara pandang itu sendiri, Karena tiap orang mempunyai cara pandang masing-masing terhadap sesuatu yang ia temui.
Ada banyak hal yang menjadikan orang memiliki cara pandang yang berbeda beda. Di antaranya adalah, seberapa banyak buku bacaan seseorang, seberapa banyak interaksi seseorang dengan lingkungannya, seberapa banyak masalah yang telah dialaminya, seberapa banyak tempat yang telah dikunjunginya dan alasan-alasan lain baik internal maupun eksternal.
Dulu waktu saya MI, Saya beranggapan bahwa Orang baik akan masuk Surga dan Orang Jahat akan masuk Neraka. Hidupku dibayang-bayangi oleh posisi antara surge dan neraka.
Waktu saya MTs, saya beranggapan bahwa jika kita mentaati orang tua dan menghormatinya, kita akan benar-benar menjadi orang yang mulia di dunia dan di akhirat.
Waktu saya MA, karena banyaknya pengetahuan yang masuk silih berganti, menjadikanku beranggapan bahwa Islam adalah Agama yang penuh dengan Ilmu pengetahuan.
Waktu S1, Saya menganggap Islam adalah agama yang sangat berpihak kepada semua kalangan, tidak ada diskriminasi, mungkin karena dosen-dosenku waktu itu adalah para Ilmuan yang sangat menghormati perbedaan.
Sekarang, saya beranggapan bahwa Islam adalah Rahmat, Perdamaian. Dan Islam adalah perdamaian itu sendiri, tidak seorangpun memeluk Islam kecuali dia berada dalam kedamaian, hati, Fikiran, Jiwa, Raga dan lingkungan.
Semoga keislaman kita bukan keislaman klaim, tapi keislaman utuh, penyerahan diri kepadanya dengan usaha semaksimal mungkin mendamaikan jiwa untuk bisa bertemu dengannya dalam segala perbuatan kita.

Selasa, 09 April 2013

Kenapa عليه dibaca Dlommah?

Kenapa عليه pada ayat ini dibaca dlommah?
bukankan kaidahnya jika dlomir Ha' didahului dibaca kasroh?

 وَمَنْ أَوْفَى بِمَا عَاهَدَ عَلَيْهُ اللَّهَ فَسَيُؤْتِيهِ أَجْراً عَظِيماً


Sebelum kita menjawab pertanyaan tersebut, kita harus tahu bahwa Jumhur membacanya dengan kasroh, sedangkan Imam Zuhry dan Imam Hafsh (Mayoritas Indonesia) membacanya Dlommah (Tafsir Ibn 'Athiyah -150/6, Tafsir fath al-Qadir -493/6-, )


Jawaban :
عليه Ha’nya Dibaca Dlommah adalah hukum asal (ya' pada عليه sebenarnya adalah alif, dan ha' setelah alif dibaca dlommah dan ه pada kata عليه sendiri asalnya عليهو), sedangkan kenapa dibaca kasroh karena jatuh setelah ya' ('aridlah). dalam ayat ini hukum asal yang lebih diutamakan karena menjaga tafkhimnnya lam jalalah yang ada sesudahnya dan berfungsi untuk memulyakannya. (Tafsir Ibn Ajibah -80/6-, Kitab al-Kulliyat li Abi al-Baqa' al-Kufumi -999-, Al-Lubab fi 'Ulum al-Kitab -489/10-)